Budaya Kabupaten OKU Selatan
Warisan budaya yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Kabupaten OKU Selatan

Candi Jepara
Candi Jepara berada di Desa Jepara, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provonsi Sumatera Selatan. Jauh di daerah hulu Sungai Komering, pada jarak sekitar 700 meter dari tepi Danau Ranau, di Desa Jepara ditemukan runtuhan bangunan candi yang dibuat dari batu andesit. Runtuhan bangunan kuno itu terletak pada kebun kopi yang letaknya di sebelah barat desa. Untuk mencapai lokasi tidak sulit, karena sudah ada jalan beraspal yang menghubungkan Kota Baturaja dan Daerah Wisata Danau Ranau..
Bagian Candi Jepara yang masih tersisa adalah bagian kaki. Ekskavasi yang dilakukan pada 1984 berhasil menampakkan sisa kaki bangunan tersebut. Bangunan itu pun di beberapa tempat sudah hilang. Bagian kaki bangunan yang tampak masih baik terletak di sisi barat, tetapi kedua ujungnya telah hilang. Bagian kaki yang mengalami kerusakan terparah terdapat di sisi timur. Pada bagian ini yang masih tersisa adalah pintu masuknya. Ukuran bangunan yang dapat diketahui adalah 8,30 x 9,70 meter membujur arah barat-timur. Profil bagian kaki ini adalah sisi genta dan setengah lingkaran.

Lamban Gedung Tuha
Lamban Gedung Tuha, juga dikenal sebagai Rumah Lamban Tuha, adalah rumah tradisional yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan. Rumah ini merupakan rumah panggung yang tergolong tua dan langka, dan dalam bahasa lokal disebut juga Mehan Teha, Lombahan Tuhan, atau Rumah Baghi (Bari). Lokasinya berdekatan dengan perbatasan Provinsi Lampung, tepatnya di desa Surabaya, kecamatan Banding Agung.
Rumah Lamban Tuha memiliki nilai budaya yang tinggi dan menjadi bagian dari kearifan lokal di OKU Selatan. Meskipun beberapa rumah sudah hilang atau berpindah tangan ke kolektor benda seni, masih banyak yang berdiri kokoh meskipun terlihat tua dan reyot.

Tugu Monpera
Terletak di Simpang Sender, Kecamatan BPR Ranau Tengah, Tugu Monpera adalah salah satu ikon budaya dan sejarah Kabupaten OKU Selatan. Dibangun pada tahun 1977, tugu ini menjadi simbol perlawanan rakyat Ranau terhadap penjajahan Jepang, serta bentuk penghormatan terhadap para pejuang lokal seperti Abi Sujak Berlian, KH. Ibrahim, dan Akhmal.
Lebih dari sekadar monumen, Tugu Monpera merepresentasikan semangat perjuangan, nasionalisme, dan jati diri masyarakat Ranau yang tak pernah padam. Lokasinya yang strategis di simpang jalan utama menjadikannya sebagai penanda sejarah dan budaya yang masih hidup dalam ingatan kolektif warga hingga kini.

Tunggu Tubang
Tunggu Tubang adalah adat warisan Suku Semende yang berlaku di sebagian besar wilayah OKU Selatan. Dalam tradisi ini, anak perempuan tertua dalam keluarga mendapatkan hak untuk mewarisi rumah pusaka dan sebagian tanah keluarga. Namun, warisan ini bukan hanya soal harta, tetapi juga tanggung jawab untuk merawat orang tua, menjaga keharmonisan keluarga, dan melanjutkan adat serta tradisi leluhur.
Tradisi ini menunjukkan posisi penting perempuan dalam struktur adat Semende. Rumah pusaka yang diwarisi oleh Tunggu Tubang biasanya menjadi pusat kegiatan keluarga besar dan simbol persatuan. Hingga kini, adat Tunggu Tubang masih dijaga dan dipraktikkan sebagai bagian dari jati diri dan kearifan lokal masyarakat OKU Selatan.